Sebuah permainan tak selamanya kurang baik jika dilakukan dengan
tujuan mendidik dan memahamkan sesuatu, artinya untuk keperluan belajar.
Bahkan justru sebaliknya, membubuhi belajar dengan sebuah permainan (game) akan menciptakan atmosfir menarik, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru sangat membutuhkan variasi
mengajar untuk membungkus materi pelajaran agar siswa selalu tertarik
untuk mengikuti setiap transfer materi. Di titik inilah mengajar dengan
menerapkan metode game merupakan salah satu pilihan menarik bagi guru
untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa. Metode game diterapkan sesuai dengan materi apa yang akan disampaikan guru dalam proses pembelajaran.
Seperti contoh dalam mata pelajaran fisika tentang gaya dan tekanan,
ketika diminta serius belajar, para siswa justru bermain-main sehingga
mereka tidak mempelajari apa pun. Namun, ketika diminta untuk bermain,
para siswa justru belajar banyak hal. Itulah yang membuat Bu Lathifah,
guru fisika, memainkan sebuah game saat belajar materi gaya dan tekanan
dalam ilmu fisika.
Dalam permainan ini, Bu Lathifah mempersilakan para siswa untuk
masing-masing memegang botol plastik berisi air yang sebelumnya telah
disiapkannya. Kemudian, para siswa memasang papan kecil yang bagian
tengahnya dilubangi secara minimalis. Lalu, para siswa menuangkan air
botol tersebut secara serta merta pada papan.
Aliran air sedianya lancar jika saja tidak dihalangi papan. Namun
demikian, air tetap mengalir lewat lubang kecil di tengah papan
tersebut. Setelah terus memperhatikan kondisi apa yang terjadi, air juga
mengalir ke samping papan. Karena lubang yang sangat kecil membuat
tekanan aliran air menjadi besar sehingga air tidak hanya mengalir ke
lubang kecil, tetapi juga meluber ke samping papan.
Dari permainan ini, para siswa jadi memahami bahwa semakin besar
tekanan air, ia akan memiliki banyak pola dan gaya untuk mengalir ke
segala arah. Dari permainan yang dilakukan oleh para siswa tersebut, Bu
Lathifah akhirnya menarik kesimpulan bahwa semakin besar tekanan suatu
zat, maka gaya yang ditimbulkan juga semakin besar. Rumusan kesimpulan
yang dipahami oleh siswa sendiri ini sesuai dengan hukum tentang gaya
dan tekanan dalam fisika sesuai dengan yang dijelaskan oleh Bu Lathifah
tersebut.
Menilik teori dari metode ini, game dalam kegiatan belajar
mengajar adalah sebuah kegiatan bermain sambil belajar atau kegiatan
belajar sambil bermain (Sigit Setyawan, 2013: 24). Nicholas van Neumann
pada 1950-an melahirkan game theory yang merupakan lintas studi
ekonomi dan komputer. Teori tersebut kemudian diformalisasikan oleh
Jhon Nash yang kemudian dia mendapatkan Nobel pada tahun 1984.
Game dapat dibedakan menjadi dua, yakni game kolaboratif dan
game kompetitif (Miller, 2008). Game kolaboratif membuat para siswa
bekerja sama satu dengan yang lain, sedangkan game kompetitif membuat
orang atau kelompok bersaing dengan orang atau kelompok lain. Dalam
kegiatan pembelajaran, kolaborasi atau kompetisi dapat ditentukan oleh
guru. Game yang sam atau jenis lain dapat digunakan, baik untuk kolaborasi maupun kompetisi.
Terkait dengan kegunaan, metode game ini bermanfaat, pertama
agar siswa mampu bekerja sama dengan orang lain dan mengetahui,
memahami, dan mempraktikkan peraturan, prinsip-prinsip, serta
prosedur-prosedur. Kedua, agar siswa berkompetisi dengan orang
atau kelompok lain untuk mengenali, mengatur, menyimpulkan, atau menilai
tindakan atau hasil.
Game yang digunakan atau ditentukan oleh guru bisa game
berbasis teknologi, bisa juga game tradisional seperti permainan
sehari-hari yang dilakukan oleh anak-anak di rumah dengan memanfaatkan
alat dan bahan yang mudah didapat. Setelah melakukan praktik metode ini,
guru hendaknya jangan lupa melakukan proses evaluasi seberapa efektif
metode ini diterapkan dengan matrik dan alat ukur tertentu. Selamat
mempraktikkan!
0 komentar:
Posting Komentar