Membaca itu penting sekali untuk perkembangan intelektual dan jiwa anak-anak. Besar kemungkinan semua orang tua setuju. Tapi apakah anggukan setuju tersebut selalu diikuti dengan kegemaran membaca? Belum tentu. Mengapa bisa begitu.
Banyak kemungkinan yang membuat kesadaran pentingnya membaca tidak diikuti dengan kegiatan membaca. Satu di antaranya adalah soal akses terhadap bacaan. Maka dari itu, jika ada seorang anak tidak gemar membaca, jangan langsung dikatakan bahwa ia malas. Tapi bisa jadi karena memang tidak ada bahan bacaan yang harus dibaca.
Selain akses, dalam konteks budaya baca di kalangan anak-anak tergantung pula pada faktor keteladanan. Hanya dari orang tua yang gemar membaca sajalah dapat dijumpai anak-anak yang suka membaca. Lantas bagaimana caranya menyediakan akses bacaan kepada anak-anak sekaligus memberi keteladanan kepada mereka? Salah satu caranya adalah dengan membuat perpustakaan rumah (home library).
Mendengar kata perpustakaan, jangan Anda bayangkan layaknya perpustakaan umum yang dikelola perguruan tinggi dan pemerintah yang mensyarakatkan adanya jumlah koleksi yang sekian ribu judul, lengkap dengan fasilitas penunjang lainnya. Membuat perpustakaan rumah sangat mudah, tidak memerlukan biaya besar, karena perpustakaan rumah bisa berupa pojok baca atau satu ruang/kamar layaknya kamar tidur yang peruntukkannya untuk membaca.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan bagian mana dari ruang rumah yang akan dijadikan home library. Ada beberpa pilihan, mulai dari ruang tamu, ruang tengah, ruang makan, dan serambi belakang. Saya pribadi lebih memilih ruang makan sebagai ruang baca sekaligus.
Pertimbangannya sederhana, karena kebetulan ruang makan menjadi ruang yang paling sering menjadi tempat kami berkumpul. Jadi sambil makan, kita bisa sambil membaca. Meja dan kursi di ruang makan bisa sekalian dijadikan meja baca.
Langkah kedua, siapkan tempat untuk meletakkan buku. Tidak selalu harus dengan membeli rak buku. Cukup gunakan almari perabot makan yang bermeja rendah, lalu belilah penjepit buku 2-3 pasang yang harganya tak lebih dari Rp 50 ribu, dan Anda sudah bisa memiliki rak buku. Kalau Anda mau repot sedikit, bisa juga Anda membuat rak buku sederhana dengan membeli papan 4-5 lembar, dengan model kotak berpartisi.
Langkah ketiga, buat label khusus berupa stiker dari kertas warna yang ditempel di punggung atau jilidan buku. Label tersebut berfungsi untuk menandai kategorisasi bacaan, misalya buku untuk orang tua, buku untuk anak-anak dan lain-lain. Jadi Anda tidak perlu membuat katalogisasi layaknya perpustakaan. Selain ribet, untuk jumlah koleksi buku di bawah 1.000 judul, kita masih bisa dengan mudah mengakses buku tanpa sistem katalogisasi.
Langkah keempat, sepakati jam membaca bersama Anda dengan anak-anak. Jika memungkinkan, Anda bisa mengadakan bedah buku spontan. Anda bisa bercerita kepada buah hati Anda tentang buku yang sedang atau telah selesai Anda baca. Lain waktu, Anda bisa gantian meminta anak-anak untuk menceritakan buku yang mereka baca. Anda bersama anak-anak juga bisa merencanakan (menulis tema atau judul) buku-buku baru apa saja yang akan dibeli pada saat ke toko buku di tiap awal bulan. Dengan demikian anak-anak merasa dilibatkan dalam memperkaya jenis bacaan dan koleksi buku di perpustakaan rumah. Harapannya, rasa cinta mereka kepada aktivitas membaca semakin tinggi.
Banyak kemungkinan yang membuat kesadaran pentingnya membaca tidak diikuti dengan kegiatan membaca. Satu di antaranya adalah soal akses terhadap bacaan. Maka dari itu, jika ada seorang anak tidak gemar membaca, jangan langsung dikatakan bahwa ia malas. Tapi bisa jadi karena memang tidak ada bahan bacaan yang harus dibaca.
Selain akses, dalam konteks budaya baca di kalangan anak-anak tergantung pula pada faktor keteladanan. Hanya dari orang tua yang gemar membaca sajalah dapat dijumpai anak-anak yang suka membaca. Lantas bagaimana caranya menyediakan akses bacaan kepada anak-anak sekaligus memberi keteladanan kepada mereka? Salah satu caranya adalah dengan membuat perpustakaan rumah (home library).
Mendengar kata perpustakaan, jangan Anda bayangkan layaknya perpustakaan umum yang dikelola perguruan tinggi dan pemerintah yang mensyarakatkan adanya jumlah koleksi yang sekian ribu judul, lengkap dengan fasilitas penunjang lainnya. Membuat perpustakaan rumah sangat mudah, tidak memerlukan biaya besar, karena perpustakaan rumah bisa berupa pojok baca atau satu ruang/kamar layaknya kamar tidur yang peruntukkannya untuk membaca.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan bagian mana dari ruang rumah yang akan dijadikan home library. Ada beberpa pilihan, mulai dari ruang tamu, ruang tengah, ruang makan, dan serambi belakang. Saya pribadi lebih memilih ruang makan sebagai ruang baca sekaligus.
Pertimbangannya sederhana, karena kebetulan ruang makan menjadi ruang yang paling sering menjadi tempat kami berkumpul. Jadi sambil makan, kita bisa sambil membaca. Meja dan kursi di ruang makan bisa sekalian dijadikan meja baca.
Langkah kedua, siapkan tempat untuk meletakkan buku. Tidak selalu harus dengan membeli rak buku. Cukup gunakan almari perabot makan yang bermeja rendah, lalu belilah penjepit buku 2-3 pasang yang harganya tak lebih dari Rp 50 ribu, dan Anda sudah bisa memiliki rak buku. Kalau Anda mau repot sedikit, bisa juga Anda membuat rak buku sederhana dengan membeli papan 4-5 lembar, dengan model kotak berpartisi.
Langkah ketiga, buat label khusus berupa stiker dari kertas warna yang ditempel di punggung atau jilidan buku. Label tersebut berfungsi untuk menandai kategorisasi bacaan, misalya buku untuk orang tua, buku untuk anak-anak dan lain-lain. Jadi Anda tidak perlu membuat katalogisasi layaknya perpustakaan. Selain ribet, untuk jumlah koleksi buku di bawah 1.000 judul, kita masih bisa dengan mudah mengakses buku tanpa sistem katalogisasi.
Langkah keempat, sepakati jam membaca bersama Anda dengan anak-anak. Jika memungkinkan, Anda bisa mengadakan bedah buku spontan. Anda bisa bercerita kepada buah hati Anda tentang buku yang sedang atau telah selesai Anda baca. Lain waktu, Anda bisa gantian meminta anak-anak untuk menceritakan buku yang mereka baca. Anda bersama anak-anak juga bisa merencanakan (menulis tema atau judul) buku-buku baru apa saja yang akan dibeli pada saat ke toko buku di tiap awal bulan. Dengan demikian anak-anak merasa dilibatkan dalam memperkaya jenis bacaan dan koleksi buku di perpustakaan rumah. Harapannya, rasa cinta mereka kepada aktivitas membaca semakin tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar