Dengan ribuan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, Indonesia memiliki kondisi alam yang berbeda. Mulai dari pegunungan, hingga laut dan pantai. Perbedaan kondisi alam tersebut pun seharusnya menjadi dasar untuk menentukan sistem pendidikan.
"Anak-anak Indonesia kan ada yang tinggal di dekat gunung sampai pantai. Kenapa pendidikan yang ada tidak disesuaikan saja dengan kondisi tempat mereka tinggal. Kenapa standarnya harus menggunakan gedung sekian luasnya dan sejumlah standar lainnya. Kalau yang tinggalnya di Papua bagaimana?" ujar Konsultan ACDP Indonesia untuk Studi Pengembangan Sistem Penjaminan Mutu PAUD, Dr Gutama dalam diskusi ACDP, "Apa Itu Sekolah Ramah Anak dan Mengapa Itu Sangat Penting?" di Kemdikbud, Jakarta, Rabu (20/7/2016).
Menurutnya, sekolah ramah bukan hanya terbentuk dari standar-standar fisik seperti memiliki gedung sekolah dan fasilitas lengkap. "Namun sekolah ramah adalah sekolah yang bisa menyesuaikan kondisi mereka," ujarnya.
Gutama juga berpendapat bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi akar bagi terbentuknya pendidikan yang baik di masa mendatang. Apalagi masa PAUD adalah anak-anak dengan usia emas, sehingga perlu diberikan stimulasi yang tepat.
"Di Singapura, mereka sudah memperhatikan pendidikan sejak anak masih di dalam kandungan. Mereka juga sadar bahwa PAUD adalah fondasi untuk membentuk orang-orang hebat di masa mendatang. Anak usia dini itu membutuhkan stimulus yang terus menerus," katanya.
Gutama mengakui, perkembangan teknologi telah membuat metode pembelajaran menjadi lebih bervariasi dan mudah. Namun tetap saja, peran guru tidak boleh tergantikan.
"Teknologi boleh menjadi bagian dari pendidikan, tapi kunci dari pendidikan itu sendiri adalah guru. Karena gurulah yang akan memberikan inspirasi kepada siswanya," tambahnya.
0 komentar:
Posting Komentar