Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet, Mojokerto, Jawa Timur
Dr. KH Asep Saifuddin Abdul Chalim menyebutkan sejumlah tips agar
murid-murid sukses dalam menyerap ilmu pengetahuan.
Menurut Kiai Asep, kunci pertama adalah al-jiddu wal muwazhabah atau berkesungguhan dan ajeg dalam berkesungguhan. Berkesungguhan dan terus berkesungguhan.
Misalnya tidak benar apabila murid tidak diberi pekerjaan rumah (PR).
Tetapi PR harus merangsang bersangkutan untuk kelanjutan proses
belajar, tidak berhenti saat di sekolah saja.
“PR itu harus dimulai dari yang mudah, kemudian yang setengah sulit,
baru agak sulit. Tetapi yang mudah itu bisa menggiring pada yang
setengah sulit,” jelasnya, Kamis (27/10) di Mojokerto.
Kedua, taqlilul ghidza atau menyedikitkan makan. Murid harus
dibiasakan jangan banyak makan atau makan tidak boleh sampai
kekenyangan. Sebab menurut ilmu kedokteran, kenyang itu datang 10 menit
setelah makan. “Sementara kenyang itu menghilangkan kecerdasan,”
tambahnya.
Ketiga, mudawamatul wudlu’ yakni murid itu harus selalu mempunyai wudhu dan gurunya pun harus punya wudhu.
Keempat, tarkul ma’aashi, atau tidak boleh bermaksiat. “Di
dalam Al-Quran disebutkan ‘dosa itu membebani dirimu’. Ketika seorang
murid membawa pelajaran dari gurunya, membawa beban dipundaknya,
secerdas apapun tidak akan mengerti dengan pelajaran yang
dipelajarinya.”
Kelima, qira’atul Qurani nazhran, atau membaca Al Quran
dengan dilihat Al-Qurannya. “Ketika kita membaca Al-Quran dengan melihat
huruf-hurufnya, kita akan dipaksa untuk berkonsentrasi. Berkonsentrasi
itu latihan kecerdasan.”
Keenam, melaksanakan shalat malam. Dengan shalat malam sebagai kendaraan untuk keberhasilan cita-cita.
Ketujuh, tidak boleh jajan di luar, di pasar. Dalam salah satu kitab
kuning ada penjelasan bahwa makanan di luar lebih mendekati kepada
ketidaksucian.
Jajan di luar itu di tempat terbuka, banyak orang yang melihatnya,
lalu memiliki keinginan untuk memiliki atau menikmatinya. Namun tidak
bisa membeli karena tidak punya uang. Kalau makanan terkondisikan
seperti itu, hilang barakahnya.
“Akhirnya akan mengantuk dalam mengikuti pelajaran. Ketika kantuk
dalam mengikuti pelajaran, murid tidak mungkin akan mengerti,” tegas
kiai yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul
Ulama (Pergunu) itu.
0 komentar:
Posting Komentar