Saat ini, siapa yang tidak mengenal internet dan media sosial? Yang
tidak kenal mungkin cuma manusia yang hidup dalam gua atau yang tertidur
selama 30 tahun terakhir. Internet adalah teknologi pembeda antara abad
20 dengan abad 21 karena internet muncul di penghujung abad 20 dan
mulai ramai digunakan di awal abad 21. Mungkin bisa dikatakan bahwa
peradaban abad 21 dibentuk dari keberadaan internet.
Dengan internet, manusia abad 21 seolah tak lagi dibatasi sekat-sekat
fisik dan geografis. Dunia terasa menjadi lebih dekat dan lebih kecil
karena nyaris di semua tempat di muka Bumi —bahkan juga di luar Bumi—
bisa dihubungkan. Di internet, tak ada bedanya apakah seseorang hidup di
tengah kota atau di dalam hutan atau di gurun pasir. Asal ada koneksi
ke internet, semua manusia bisa saling terhubung satu sama lain (nyaris)
secara instan. Inilah era globalisasi yang sebenarnya.
Peta pengguna Facebook pada akhir tahun 2010.
Namun dampak internet baru benar-benar merevolusi budaya manusia abad 21 sejak diciptakannya perangkat ponsel pintar (smartphone)
dan aplikasi media sosial. Sebelum ada ponsel pintar, untuk bisa
terhubung ke internet, manusia harus mendatangi terminal komputer yang
telah dihubungkan ke internet (biasanya melalui kabel). Sejak adanya
ponsel pintar yang didukung teknologi komunikasi nirkabel, internet
hadir setiap saat dalam genggaman manusia sehingga memungkinkan manusia
terhubung ke internet kapan saja dan dari dimana saja. Tak ada lagi
jarak dan tak ada lagi jeda.
Media sosial adalah aplikasi yang memungkinkan penggunanya untuk
saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain melalui internet.
Sebelum ada aplikasi media sosial, untuk bisa menyampaikan informasi di
internet, seseorang harus tahu tetek-bengek teknis publikasi informasi
dengan teknologi internet seperti menyediakan server web dan menyusun
dokumen HTML, yang tentu bukan hal mudah bagi orang awam. Dan masih ada
lagi kendala berupa biaya. Media sosial menyederhanakan segala kerumitan
tersebut sedemikian hingga orang awam sekali pun bisa bertukar
informasi melalui internet. Pengguna media sosial bisa menciptakan,
menyunting, dan menyebarkan informasi dalam berbagai bentuk, mulai dari
teks, gambar, suara, hingga video, dengan sangat mudah. Dan semua itu
bisa digunakan secara gratis.
Secara umum ada tiga jenis media sosial, yaitu:- Media sosial berbasis situs web, biasa dikenal dengan istilah web log atau blog. Media sosial jenis ini seperti rumah bagi penggunanya, menjadi semacam pengejawantahan suatu entitas (pribadi atau kelompok) secara terbuka kepada publik di internet. Bedanya dengan situs web biasa, blog memungkinkan untuk saling berbagi atau menautkan informasi lintas blog dengan adanya fitur seperti pingback, follow, atau reblog. Ada banyak layanan blog yang siap pakai dan gratis, antara lain blogspot.com, wordpress.com, tumblr.com, serta masih banyak lainnya.
- Media sosial berbasis jejaring dan aliran informasi. Informasi yang ditampilkan adalah informasi yang sedang dibagikan oleh penggunanya dalam suatu jejaring yang sama. Jejaring informasi yang disediakan beragam, ada yang berbasis pertemanan, berbasis topik atau tema tertentu, berbasis berita atau kabar, dan sebagainya. Karena berbasis jejaring, jangkauan informasi di media sosial jenis ini relatif lebih sempit daripada yang berbasis situs web, namun dengan interaksi yang lebih dekat. Ada banyak layanan media sosial jenis ini, yang terkenal antara lain facebook.com (pertemanan), plus.google.com (kenalan), twitter.com (berita), linkedin.com (profesi), serta masih banyak lainnya.
- Media sosial berbasis obrolan waktu-nyata atau disebut juga realtime chat. Media sosial jenis ini adalah yang paling pendek jangkauannya namun paling dekat interaksinya karena bisa langsung berbincang pribadi ke pribadi dan lebih tertutup. Ada banyak layanan obrolan internet, antara lain BBM (BlackBerry Messenger), FBM (Facebook Messenger), WhatsApp, WeChat, LINE, Telegram, Skype, dan masih banyak lagi lainnya.
Sebagaimana sejarah telah membuktikan, teknologi pada dasarnya
bersifat netral. Bagaimana manusia memanfaatkannya yang menjadikan suatu
teknologi bernilai baik atau buruk. Sejarah pun menunjukkan bahwa
peradaban manusia semakin berkembang dan maju berkat penemuan-penemuan
teknologi. Demikian juga internet dan media sosial yang saat ini telah
merambah nyaris setiap ceruk kehidupan manusia, mulai dari sosial,
budaya, sosial, politik, ekonomi, industri, dan tentu saja komunikasi.
Teknologi komputasi, khususnya pada perangkat bergerak, berkembang
sangat pesat hanya dalam satu dekade awal abad 21 dan nampaknya masih
akan terus berkembang cepat. Perkembangan terakhir adalah munculnya
teknologi IoT (internet of things) yang berusaha menghubungkan
seluruh perangkat elektronik yang digunakan manusia ke internet.
Barangkali bukan hal yang tak mungkin jika suatu saat kelak —bisa jadi
dalam waktu yang tak terlalu lama— manusia sendiri bisa terhubung
langsung ke internet melalui teknologi tanam (electronic implant).
Data pengguna internet hingga awal tahun 2015 tercatat sekitar 3,0
milyar atau 42% dari 7,2 milyar manusia di Bumi. Dari total pengguna
internet tersebut, tercatat sekitar 2,0 milyar atau 66% adalah pengguna
media sosial. Dan yang mengakses media sosial dari ponsel pintar
tercatat sekitar 1,6 milyar atau 53% dari total pengguna internet. Semua
itu bukan angka yang kecil. Walaupun demikian, sebagian besar pengguna
internet masih berasal warga negara maju yang infrastruktur internetnya
lebih baik, seperti wilayah Amerika, Australia, Eropa, dan sebagian
Asia.
Manusia yang lahir di awal abad 21 saat ini kadang disebut juga
sebagai “generasi jempol” atau “generasi menunduk” karena begitu
tergantungnya mereka pada internet dan ponsel pintar. Bahkan telah
muncul fenomena ketergantungan internet secara berlebihan (internet addict)
khususnya di kalangan pengguna media sosial. Hampir seluruh waktu
mereka disibukkan bermain internet dengan posisi kepala menunduk dan
jempol-jempol yang menari lincah di atas ponsel mereka. Sebagian besar
kegiatan sehari-hari mereka rekam dan sebarkan di media sosial.
Di era internet ini, salah satu paradigma abad 19 dan 20 dimana
penguasa informasi adalah penguasa yang sesungguhnya, menjadi tak
berlaku lagi di abad 21. Karena dengan internet dan media sosial,
informasi telah sepenuhnya menjadi milik publik, tak bisa lagi
dikendalikan oleh salah satu pihak atau sebagian golongan saja.
Runtuhnya kekuasaan informasi oleh konglomerasi media massa baik di
tingkat lokal maupun internasional menjadi buktinya. Kejayaan mereka
telah ditumbangkan oleh keberadaan media sosial. Berkat media sosial,
kini semua orang bisa menjadi sumber informasi, atau disebut sebagai
jurnalisme warga, bersaing langsung dengan media-media massa
konvensional. Bahkan media-media konvensional kini mulai merujuk pada
sumber-sumber informasi dari jurnalisme warga di media sosial. Walaupun
mungkin tak seheboh revolusi Perancis di akhir abad 18, ini adalah
sebuah revolusi sosial yang cukup besar dampaknya dan akan membentuk
wajah peradaban manusia di abad 21. Salah satu contoh nyatanya adalah
peristiwa revolusi Mesir pada tahun 2011. Peran internet dan media
sosial dalam peristiwa itu sangat besar dan penting.
Salah satu bidang yang tak luput dari pengaruh internet dan media
sosial adalah dunia pendidikan. Dampaknya pada dunia pendidikan walaupun
saat ini belum terasa besar, namun tak bisa pula diremehkan. Sebagian
teknologi diserap manusia secara bertahap, seperti efek bola salju,
kecil di awal namun semakin membesar secara berlipat ganda seiring
berjalannya waktu. Demikian juga dampaknya terhadap dunia pendidikan di
negara kita.
Sumber : http://wacana.siap.web.id






0 komentar:
Posting Komentar