Pada bagian sebelumnya,
telah dijelaskan bagaimana teknologi internet dan media sosial telah
dan akan mengubah peradaban manusia di abad 21. Nyaris seluruh lini
kehidupan manusia modern tak bisa melepaskan diri dari pengaruh internet
dan media sosial, baik yang bersifat positif maupun negatif. Termasuk
juga dunia pendidikan.
Dalam pendidikan, setidaknya ada empat pihak yang terlibat, yaitu:
siswa, orang tua, guru dan staf kependidikan, serta sekolah melalui
pihak-pihak yang mewakilinya (mulai dari kepala sekolah, kepala dinas,
hingga menteri pendidikan). Dalam proses pembelajaran, setidaknya ada
empat sarana yang dibutuhkan, yaitu: kurikulum (materi dan metode
pembelajaran), perangkat belajar (alat tulis, perabot, dan ruang kelas),
waktu belajar, dan tempat belajar. Internet dan media sosial memberi
dampak terhadap masing-masing pihak dan sarana pendidikan tersebut.
Beberapa dampak positif internet dan media sosial di dunia pendidikan, antara lain:
1. Interaksi dan Komunikasi
Dampak terbesar pertama internet dan media sosial dalam pendidikan
adalah komunikasi dan interaksi antar pihak yang terlibat dalam
pendidikan. Sebelum ada media sosial, komunikasi antara guru dengan
orang tua siswa lebih bersifat searah dan formal dengan frekuensi yang
rendah. Umumnya hanya terjadi pada peristiwa-peristiwa tertentu seperti
menjelang ujian atau pada saat pertemuan wali siswa. Namun dengan adanya
media sosial, para orang tua dan guru bisa membuat kelompok obrolan (chat group)
lalu saling berbagi informasi di antara mereka terkait perkembangan
anak didik. Komunikasi menjadi dua arah dan terbangun mekanisme saling
mengawasi antara guru dan orang tua.
Di sisi lain, komunikasi antara guru dan siswa juga menjadi lebih
dekat melalui media sosial. Komunikasi guru dan siswa bisa berlanjut di
luar jam sekolah dengan melalui internet dan media sosial. Interaksi
guru dan siswa, khususnya di luar jam sekolah, menjadi lebih terbuka dan
informal sehingga bisa membangun keakraban hubungan guru dan siswa.
Aspek pengawasan dari guru terhadap siswa juga meningkat karena adanya
komunikasi di luar jam sekolah.
2. Pertukaran Informasi
Dengan internet dan media sosial, pertukaran informasi antara
pihak-pihak di dunia pendidikan bisa terjadi dengan lebih mudah dan
cepat. Misalnya, pemberian tugas dari guru ke siswa bisa ditembuskan ke
orang tua sehingga orang tua juga bisa mengawasi apakah anaknya
melaksanakan tugas yang diberikan gurunya. Atau jika ada pengumuman dari
pihak sekolah kepada orang tua, tak perlu ada pemanggilan orang tua ke
sekolah atau menitipkan surat pada anak, karena sekolah melalui
guru-gurunya bisa menyebarkan informasi tersebut langsung kepada orang
tua siswa.
Dalam urusan administrasi pendidikan, internet dan media sosial juga
sangat membantu. Pihak dinas pendidikan daerah hingga pusat bisa
mengambil data langsung dari sekolah-sekolah melalui aplikasi internet.
Atau sekolah-sekolah di seluruh daerah bisa mengirimkan data langsung ke
pihak dinas pendidikan baik di daerahnya maupun ke tingkat pusat.
Semuanya bisa dilakukan secara lebih mudah dan cepat melalui aplikasi
internet. Biaya transportasi untuk pengiriman berkas administrasi
pendidikan bisa dipangkas secara cukup signifikan.
Dengan sifatnya yang terbuka, internet dan media sosial merupakan
media yang bagus untuk penyebaran ilmu pengetahuan. Guru tak lagi
terbatas hanya mengajar siswa di kelasnya saja, tapi juga bisa
menjangkau seluruh siswa di Indonesia melalui internet. Demikian juga
siswanya, tak lagi terbatas hanya belajar pada guru yang itu-itu saja di
kelas, tapi bisa mengembangkan ilmunya dengan belajar dari berbagai
sumber di internet. Berkat internet, ruang kelas tak lagi disekat
dinding-dinding yang terbatas.
Dan dengan semakin maraknya multimedia di internet, berbagi
pengetahuan tak hanya dalam bentuk tulisan. Berbagai layanan multimedia
di internet tersedia secara gratis. Jika malas untuk menulis, guru bisa
merekam dirinya sedang mengajar dan mengunggah videonya ke internet agar
bisa ditonton kembali oleh siswanya di rumah. Jika ada materi pelajaran
yang agak rumit, guru juga bisa membuat video ilustrasi atau simulasi
untuk membantu dan memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran
tersebut. Internet membuka kesempatan bagi siapa pun untuk berbagi
pengetahuan dan bagi siapa pun untuk mendapatkan pengetahuan. Tentu hal
ini sangat penting dan bermanfaat bagi dunia pendidikan karena internet
juga bisa menjadi kelas tempat belajar dan mengajar.
4. Otomasi oleh Sistem
Internet dan media sosial tidak berdiri sendiri, melainkan ditopang
oleh kemampuan komputasi perangkat lunak. Tanpa perangkat lunak (umumnya
disebut software atau aplikasi), internet tak ada bedanya
seperti kabel listrik tanpa listrik. Perangkat lunaklah yang membuat
internet sekarang begitu menarik, bermanfaat, dan penting bagi kehidupan
manusia modern.
Dengan aplikasi, banyak proses yang bisa dilakukan secara otomatis
oleh mesin. Berbagai proses manual yang membosankan dan melelahkan bisa
diambil alih oleh mesin dengan bantuan perangkat lunak. Dan sistem yang
canggih tak hanya mampu melakukan sesuatu berulang-ulang, tapi juga bisa
“berpikir” dalam melakukan proses tersebut sehingga menjadi sistem yang
pintar. Sistem aplikasi yang pintar sangat berguna di banyak hal, mulai
dari pengolahan data, pengawasan proses, evaluasi hasil, bahkan
membantu manusia dalam mengambil keputusan.
Dan salah satu keuntungan lain dari otomasi oleh sistem ini adalah
berkurangnya peran manusia dalam pelaksanaan proses yang dilakukan oleh
sistem tersebut. Dalam banyak hal, apalagi terkait dengan administrasi
dan birokrasi, itu bisa menjadi keuntungan yang sangat penting. Apalagi
di negara kita dimana birokrasi dan administrasinya cenderung berbelit
dan penuh manipulasi.
Sebagaimana seluruh hal di dunia ini, selain mempunyai dampak positif
yang bermanfaat dan menguntungkan, internet dan media sosial juga
mempunyai dampak negatif yang merugikan manusia. Beberapa dampak negatif
internet dan media sosial antara lain:
Sifatnya yang terbuka dan bisa diakses oleh semua orang, internet dan
media sosial juga tentu mengundang orang-orang yang tak bertanggung
jawab untuk ikut memanfaatkan bagi kejahatan. Kejahatan di internet dan
media sosial meliputi banyak hal, mulai dari kekerasan maya, pornografi,
penipuan baik secara sosial atau teknis, pencurian data dan informasi,
pembajakan aplikasi, perjudian maya, dan lain sebagainya, yang nyaris
tak ada bedanya dengan berbagai kejahatan yang terjadi di dunia nyata.
Akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh kejahatan dunia maya pun sama
buruknya dengan kejahatan di dunia nyata. Selain bisa menimbulkan
kerugian materiil, dalam beberapa kasus kejahatan daring bahkan
berakibat kehilangan jiwa.
Karena itu, penggunaan internet dan media sosial oleh anak (siswa)
perlu diawasi dan dijaga dengan ketat. Anak-anak di bawah usia 10 tidak
dianjurkan untuk menggunakan internet dan media sosial. Remaja di
rentang usia 10 hingga 15 tahun yang menggunakan internet dan media
sosial dianjurkan di bawah pengawasan orang tua atau gurunya. Remaja di
rentang usia 15 hingga 18 tahun dianjurkan untuk dipantau secara berkala
untuk memastikan mereka terhindar dari berbagai bentuk kejahatan di
dunia maya. Itu sebabnya hampir seluruh layanan internet dan media
sosial memberikan syarat usia minimal 13 tahun, sebagian 17 tahun, untuk
menjadi pengguna layanan.
2. Potensi Gangguan Kesehatan
Informasi yang tersedia di internet dan media sosial sangat beragam dan menarik. Banyak orang yang menjadi kecanduan (addicted)
pada internet dan media sosial. Dalam beberapa kejadian, orang yang
telah kecanduan pada internet mengalami gangguan kesehatan baik secara
fisik maupun psikologis seperti layaknya kecanduan narkoba. Setidaknya
banyak hal dalam kehidupan mereka yang menjadi terabaikan, seperti
pekerjaan, pasangan hidup, keluarga, dan lain sebagainya.
Secara fisik, orang umumnya menggunakan perangkat untuk mengakses
internet dalam posisi duduk atau menunduk dengan tangan menari-nari di
atas papan ketik. Dan hal itu dilakukan dalam waktu yang panjang dan
berulang. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan pada leher,
punggung, dan pergelangan tangan. Orang yang terlalu sering menggunakan
internet dan media sosial, tubuhnya menjadi kurang gerak yang tentu
tidak baik bagi kesehatannya. Dampaknya menjadi lebih serius pada
anak-anak dan remaja karena mereka sedang dalam masa pertumbuhan. Oleh
karena itu, penggunaan internet dan media sosial pada anak-anak dan
remaja sebaiknya dibatasi.
3. Menurunnya Interaksi Langsung
Sebelum adanya internet dan media sosial, terutama sebelum adanya
telepon seluler, interaksi manusia umumnya terjadi secara fisik, bertemu
langsung satu sama lain. Perantara dibutuhkan hanya dalam
kondisi-kondisi tertentu khususnya karena kendala jarak. Namun dengan
adanya internet dan media sosial, terutama sejak adanya ponsel pintar,
interaksi antar manusia hampir selalu melibatkan komputer. Sekat jarak
dan waktu bukan lagi menjadi masalah di dunia modern. Internet
memungkinkan siapa saja bisa terhubung dengan siapa saja dimana saja dan
kapan saja.
Kemudahan itu membuat manusia modern bisa memilih siapa yang ingin ia
hubungi di setiap saat dan waktu. Dan seringkali manusia memilih orang
yang jauh secara fisik dan lebih akrab secara sosial, walaupun dengan
mengabaikan manusia lain yang secara fisik lebih dekat. Fenomena
anak-anak dan remaja yang lebih sibuk bermain dengan ponsel pintarnya
(untuk berinteraksi dengan orang yang jauh) daripada berinteraksi dengan
sekitarnya semakin jamak kita lihat di sekeliling kita. Jika ini
dibiarkan maka kelak anak-anak dan remaja tersebut akan kehilangan
kemampuan dan adab (manner) dalam berinteraksi dengan lingkungan dan manusia secara langsung.
4. Gangguan Konsentrasi
Ragam informasi serta ketersediaan internet juga berpotensi menjadi pengalih konsentrasi (distraction)
pada manusia modern. Ada anekdot manusia modern saat tiba di kantor
pukul delapan pagi lalu membuka komputernya. Alih-alih langsung bekerja,
ia lebih dulu membuka Facebook atau Twitter lalu menulis komentar dan
tanggapan di sana-sini, tertarik pada tautan yang muncul di media sosial
lalu mengunjunginya, menerima sapaan dari teman-temannya di WhatsApp
atau BBM dan terlibat obrolan lebih jauh. Ketika ia tersadar bahwa
dirinya ada di kantor (untuk bekerja), jam sudah menunjukkan pukul
sebelas siang.
Gangguan konsentrasi seperti anekdot di atas juga sangat bisa terjadi
pada anak-anak dan remaja, walaupun akses mereka ke internet dan media
sosial dibatasi. Seorang anak yang di hari sebelumnya sangat tertarik
pada permainan di internet namun belum puas memainkannya karena batasan
waktu, bisa jadi ingatan dan ketertarikannya terus terbawa di jam
sekolah. Akibatnya anak tersebut terganggu konsentrasi belajarnya. Dan
para guru tentu paham, mengembalikan konsentrasi belajar anak yang
sedang terganggu itu bukan hal yang mudah.
Dengan besarnya dampak baik yang positif maupun negatif yang
ditimbulkan oleh internet dan media sosial merupakan tantangan bagi
dunia pendidikan, khususnya di Indonesia. Tantangan ini jika disikapi
negatif akan menghasilkan kendala dan hambatan, namun jika disikapi
positif akan menjadi peluang dan potensi untuk meningkatkan mutu
pendidikan kita. Banyak keuntungan internet dan media sosial yang bisa
digunakan untuk memperbaiki pendidikan dari segala sisi, mulai dari
administrasi dan birokrasi, penyebaran informasi dan pengetahuan,
pemerataan jangkauan, hingga pemantauan dan evaluasi. Namun keuntungan
itu juga dibarengi dengan kerugian yang mengintai dan harus diantisipasi
secara bijak dan tepat agar diperoleh keuntungan yang maksimal dan
kerugian yang minimal.
Negara-negara maju sudah mulai memanfaatkan internet dan media sosial
dalam pendidikan mereka. Bahkan semakin banyak sekolah dan universitas
di luar negeri yang membuka kelas daring dan bisa diikuti oleh siapa
saja dari seluruh dunia. Masyarakat di negara maju pun mulai lebih
memilih sekolah daring daripada sekolah konvensional. Sebuah survei
yang ditujukan pada orang tua di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
lebih dari 72% orang tua memilih menyekolahkan anaknya di perguruan
tinggi daring.






0 komentar:
Posting Komentar