Anak-anak didik kita sekarang adalah generasi millenium atau generasi
digital, yaitu generasi yang telah terbiasa dekat dengan teknologi
sejak dini khususnya teknologi komputer bergerak, internet, dan media
sosial. Komputer bergerak yang dimaksud adalah komputer jinjing (laptop), sabak elektronik (tablet),
dan telepon seluler (ponsel) pintar. Dan dengan semakin jamaknya
penggunaan komputer bergerak, internet, dan media sosial dalam kehidupan
sehari-hari kita (orang dewasa), akses anak-anak ke teknologi yang sama
adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa dihindari.
Dampak teknologi, baik yang positif maupun negatif, pada anak-anak
didik —khususnya di jenjang pendidikan dasar— masih menjadi perdebatan
seru antara para pemerhati dan ahli pendidikan. Sebagian pihak
menganjurkan penggunaan teknologi sebagai alat belajar siswa karena
mempertimbangkan dampak positifnya, tetapi sebagian pihak yang lain
menolaknya karena mempertimbangkan dampak negatifnya. Namun sejatinya,
teknologi apa pun pada dasarnya bersifat netral, teknologi tak mengenal
baik atau buruk. Dampak baik atau buruknya suatu teknologi tergantung
pada bagaimana kita menggunakan atau menerapkan teknologi tersebut.
Pihak yang menganjurkan penggunaan teknologi (dalam hal ini yang
dimaksud adalah komputer bergerak, internet, dan media sosial) sebagai
alat belajar siswa (khususnya pada pendidikan dasar) karena melihat
dampak positif yang besar pada teknologi. Beberapa dampak positif yang
utama antara lain:
- Di masa depan nanti, anak-anak ini akan menjadi pengguna teknologi.Ini sebuah hal yang tak bisa ditolak sehingga menghindarkan anak-anak dari teknologi menjadi tak ada gunanya karena teknologi akan ada di sekitar mereka, bahkan sejak sekarang. Dengan memperkenalkan teknologi pada anak-anak sejak usia sekolah, anak-anak dididik untuk memanfaatkan teknologi secara baik dan benar. Misalnya memperkenalkan pemahaman tentang adab berinternet dan media sosial (netiket), kerahasiaan (privacy), keamanan (security), kejahatan maya (cyber crime) sehingga mereka lebih hati-hati dalam penggunaan komputer bergerak, internet, dan media sosial. Membekali anak-anak pemahaman tentang hal-hal tersebut kelak bisa mencegah mereka menjadi korban kejahatan di internet dan media sosial.Laman pencari internet untuk anak-anak, kiddle.co
- Teknologi membuat proses belajar (dan mengajar) menjadi menyenangkan.Kecanggihan komputer memungkinkan proses belajar yang interaktif berbasis multimedia. Itu sebabnya mengapa anak kecil pun sangat tertarik dengan komputer (khususnya sabak dan ponsel pintar). Berbeda dengan pola pendidikan konvensional di kelas dimana anak-anak cenderung menjadi obyek yang dituntut patuh pada guru dan pelajaran, komputer menjadikan anak-anak sebagai subyek yang punya kendali atas dirinya sendiri. Anak-anak bisa memilih akan belajar apa, kapan, dimana, dan bagaimana sesuai dengan yang mereka sukai. Meletakkan anak didik sebagai subyek membuat anak menjadi percaya diri, bebas memenuhi rasa ingin tahunya, dan berani mewujudkan kreatifitasnya..
- Internet menyediakan materi belajar yang lebih kaya dan beragam.Materi pendidikan konvensional yang terbatas pada informasi dari guru dan buku pelajaran serta metode pembelajaran yang monoton membuat anak didik cepat bosan. Dengan komputer dan internet, materi pendidikan menjadi lebih banyak dan beragam jenisnya. Mulai buku digital warna-warni, simulasi interaktif, video menarik, dan komunikasi dua arah, menjadikan anak didik tak pernah kehabisan bahan untuk dipelajari. Apalagi jika anak didik telah mampu berbahasa Inggris, materi pelajaran akan semakin kaya karena sumber materi bertambah dari negara lain. Keragaman dan kekayaan materi belajar tak membebani anak didik karena semuanya tersedia secara ringkas pada satu perangkat komputer bergerak yang mereka gunakan. Ratusan buku digital, puluhan video dan simulasi, gambar-gambar menarik, catatan pelajaran, dan sebagainya mampu ditampung dalam satu perangkat saja.Berbagai pilihan aplikasi untuk anak-anak di App Store.
Beberapa dampak negatif utama dari penerapan teknologi komputer
begerak, internet, dan media sosial sebagai alat belajar, khususnya di
jenjang pendidikan dasar, antara lain:
- Anak-anak berpotensi menjadi korban kejahatan dunia maya.
- Teknologi mengalihkan fokus anak-anak dari proses belajar mengajar.
- Anak-anak kehilangan kemampuan bersosialisasi di dunia nyata.
Namun semua kekhawatiran dampak negatif tersebut bisa dihindari oleh
dua hal, yaitu pembatasan dan pengawasan. Sebagaimana penggunaan hal-hal
lainnya, penggunaan teknologi pada anak-anak juga harus dibatasi dan
diawasi oleh orang tua dan guru. Penggunaan komputer pada anak-anak
sebaiknya dibatasi waktunya dan diawasi bagaimana anak memanfaatkannya.
Orang tua dan guru dituntut harus bisa mencegah dan menghindarkan
anak-anak dari akses yang berpotensi bahaya dan merugikan seperti orang
asing, gangguan kesehatan, kekerasan, kejahatan, dan pornografi. Karena
itu, penting bagi orang tua dan guru untuk selalu mengawasi saat anak
sedang menggunakan komputer. Untuk keamanan akses internet, sebaiknya
dipasang juga perangkat keamanan internet di rumah dan sekolah.
Tabel batasan waktu bermain komputer bagi anak-anak berdasarkan usia:| Rentang usia | Saran batasan waktu penggunaan komputer per hari |
| 0 – 2 tahun | 0 jam |
| 2 – 6 tahun | ≤ 1 jam |
| 6 – 12 tahun | ≤ 2 jam |
| 12 – 18 tahun | ≤ 3 jam |
PROGRAM E-SABAK DARI KEMDIKBUD
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia periode
2014-2019, Anies Baswedan, nampaknya termasuk pihak yang mendukung
penggunaan teknologi komputer dalam pendidikan. Ini dibuktikan dengan
diluncurkannya program E-Sabak pada Januari 2015 yang lalu. Program E-Sabak adalah program Kemdikbud untuk memberi dukungan penggunaan sabak elektronik (tablet)
sebagai salah satu alat belajar (untuk guru dan siswa) dalam pendidikan
di Indonesia. Program E-Sabak ini juga mendukung program Kemdikbud
sebelumnya yaitu Buku Sekolah Elektronik (BSE). BSE adalah program penyediaan buku ajar sekolah dalam bentuk digital (ebook) yang bisa diunduh secara gratis.
Tampilan laman BSE Kemendikbud di bse.kemdikbud.go.id
Selain itu, Kemdikbud juga bekerja sama dengan pihak ketiga untuk
penyediaan aplikasi komputer BSE, termasuk untuk sabak digital. Salah
satunya adalah aplikasi Buku BSE dari mahoni.com.
Dengan aplikasi BSE ini, guru dan siswa bisa mengunduh buku-buku
pelajaran yang disediakan BSE langsung ke sabak (atau ke komputer)
masing-masing.
Namun program E-Sabak ini tentu tak hanya terbatas untuk mendukung
program dari Kemdikbud saja. Secara tidak langsung program E-Sabak juga
memfasilitasi guru dan siswa untuk menggunakan aplikasi atau layanan
pendidikan lain selain dari pemerintah, misalnya layanan SIAP Online dari Telkom Indonesia yang bisa diakses dan digunakan dari perangkat sabak digital.
Program E-Sabak dan BSE adalah program yang bagus dari Kemdikbud dan
layak untuk kita dukung bersama. Semoga program ini terus berlanjut dan
ditingkatkan menjadi lebih baik demi kemajuan pendidikan Indonesia.






0 komentar:
Posting Komentar